Sebagai panutan wanita muslimah !
Ia mencintai Allah dengan hati dan raganya, ia serahkan dirinya seutuhnya untuk beribadah kepada Allah.
Rabi’ah Al-Adawiyah lahir di Basrah pada tahun 95 H (714 M) dan meninggal pada tahun 185 H (796 M). Ia terlahir dari keluarga yang saleh dan zuhud.
Kematian ayahnya, bencana kemarau panjang, terpisah dari saudara-saudaranya dan dijadikan budak adalah cobaan dan ujian dalam hidupnya.
Kesengsaraan, kepedihan dan buruknya kehidupan yang dialaminya tidak membuat ia menjadi kufur. Ia menjadikan semuanya sebagai jalan mendekatkan diri kepada Allah.
Ia membersihkan seluruh jiwanya dan ridha terhadap apa yang ia alami dengan segala suka dukanya akhirnya membuat antara kepedihan dan kebahagiaan dimata Rabi’ah tak ada beda. Yang terpenting baginya adalah cinta dan ridha dari Allah itu sendiri.
Rabi’ah Al-Adawiyah senantiasa menetralisir seluruh luka-luka dunia dan kepedihan dirinya dengan berdzikir. Di malam hari, ketika hampir semua manusia terlelap tidur, maka Rabi’ah al Adawiyah terjaga. Bagi Rabi’ah inilah saat-saat yang terindah untuk beribadah kepada Allah.
Banyak lantunan-lantunan syair yang syahdu dari Rabi’ah Al-Adawiyah kepada Allah yang mungkin melampaui batas perasaan, sensitifitas rohani. Bagi Rabi’ah, lapar dan dahaga itu adalah kepada Allah itu sendiri.