KEBIJAKAN PRIVASI DISCLAIMER





Selamat datang di syam-santos.blogspot.com semoga yang tertulis di blog ini dapat berguna dan bermanfaat, salam dan sukses selalu.

Kamis, 09 Agustus 2012


Sultan Muhammad Al-Fatih


Muhammad Al-Fatih atau juga dikenal sebagai Sultan Mehmed II (30 Maret 1432 – 3 Mei 1481) merupakan seorang sultan Turki Utsmani yang menaklukkan Kekaisaran Romawi Timur. Mempunyai kepakaran dalam bidang ketentaraan, sains, matematika dan menguasai 6 bahasa saat berumur 21 tahun. Dari sudut pandang Islam, ia dikenal sebagai seorang pemimpin yang hebat dan tawadhu' setelah Sultan Salahuddin Al-Ayyubi (pahlawan Islam dalam perang Salib) dan Sultan Saifuddin Mahmud Al-Qutuz (pahlawan Islam dalam peperangan di 'Ain Al-Jalut melawan tentara Mongol).

Kejayaannya dalam menaklukkan Konstantinopel menyebabkan banyak kawan dan lawan kagum dengan kepimpinannya serta taktik dan strategi peperangannya yang dikatakan mendahului pada zamannya dan juga kaedah pemilihan tenteranya. Ia merupakan anak didik Syekh Syamsuddin yang masih merupakan keturunan Abu Bakar As-Siddiq.

Ia jugalah yang mengganti nama Konstantinopel menjadi Islambol (Islam keseluruhannya). Kini nama tersebut telah diganti oleh Mustafa Kemal Ataturk menjadi Istanbul. Untuk memperingati jasanya, Masjid Al Fatih telah dibangun di sebelah makamnya. 

Diceritakan bahwa tentara Sultan Muhammad Al Fatih tidak pernah meninggalkan shalat wajib sejak baligh dan separuh dari mereka tidak pernah meninggalkan shalat tahajjud sejak baligh. Hanya Sultan Muhammad Al Fatih saja yang tidak pernah meninggalkan shalat wajib, tahajud dan rawatib sejak baligh hingga saat wafatnya.

Istanbul atau yang dulu dikenal sebagai Konstantinopel adalah salah satu bandar termasyhur dunia, di dirikan tahun 330 M oleh Raja Bizantium yakni Constantine I. 

Kedudukannya yang strategis membuatnya punya tempat istimewa ketika umat Islam memulai pertumbuhan di masa Kekaisaran Bizantium, bandar ini tercatat dalam tinta emas sejarah Islam khususnya pada masa Kesultanan Utsmaniyah, ketika meluaskan wilayah sekaligus melebarkan pengaruh Islam di banyak negara. 

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam juga telah beberapa kali memberikan kabar gembira tentang penguasaan kota ini ke tangan umat Islam seperti dinyatakan oleh Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam pada perang Khandaq. 

Para khalifah dan pemimpin Islam pun selalu berusaha menaklukkan Konstantinopel : 
Pertama dilancarkan tahun 44 H di zaman Mu'awiyah bin Abi Sufyan Radhiallahu 'Anhu. Akan tetapi, usaha itu gagal. 
Kedua dilakukan pada zaman Khilafah Umayyah. Di zaman pemerintahan Abbasiyyah. 
Beberapa usaha diteruskan tetapi masih menemui kegagalan termasuk di zaman Khalifah Harun al-Rasyid tahun 190 H. 
Setelah kejatuhan Baghdad tahun 656 H, usaha menawan Kostantinopel diteruskan oleh kerajaan-kerajaan kecil di Asia Timur (Anatolia) terutama Kerajaan Seljuk. Pemimpinnya, Alp Arselan (455-465 H/1063-1072 M) berhasil mengalahkan Kaisar Roma, Dimonos (Romanus IV/Armanus), tahun 463 H/1070 M. Akibatnya sebagian besar wilayah Kekaisaran Roma takluk di bawah pengaruh Islam Seljuk. 

Awal kurun ke-8 hijriyah, Daulah Utsmaniyah mengadakan kesepakatan bersama Seljuk. Kerjasama ini memberi napas baru kepada usaha umat Islam untuk menguasai Konstantinopel. 

Usaha pertama dibuat di zaman Sultan Yildirim Bayazid saat dia mengepung bandar itu tahun 796 H/1393 M. Peluang yang ada telah digunakan oleh Sultan Bayazid untuk memaksa Kaisar Bizantium menyerahkan Konstantinople secara aman kepada umat Islam. Akan tetapi, usahanya menemui kegagalan karena datangnya bantuan dari Eropa dan serbuan bangsa Mongol di bawah pimpinan Timur Lenk. 

Setelah Daulah Utsmaniyyah mencapai perkembangan yang lebih maju dan terarah, semangat jihad hidup kembali dengan napas baru. Hasrat dan kesungguhan itu telah mendorong Sultan Murad II (824-863 H/1421-1451 M) untuk meneruskan usaha menaklukkan Kostantinopel. Beberapa usaha berhasil dibuat untuk mengepung kota itu tetapi dalam masa yang sama terjadi pengkhianatan di pihak umat Islam. Kaisar Bizantium menabur benih fitnah dan mengucar-kacirkan barisan tentara Islam. Usaha Sultan Murad II tidak berhasil sampai pada zaman anak beliau, Sultan Muhammad Al-Fatih (Mehmed II), sultan ke-7 Daulah Utsmaniyyah. 

Semenjak kecil, Sultan Muhammad Al-Fatih telah mencermati usaha ayahnya menaklukkan Konstantinopel. Bahkan beliau mengkaji usaha-usaha yang pernah dibuat sepanjang sejarah Islam ke arah itu, sehingga menimbulkan keinginan yang kuat baginya meneruskan cita-cita umat Islam. dan ketika beliau naik tahta pada tahun 855 H/1451 M, dia mulai berpikir dan menyusun strategi untuk menaklukkan kota bandar tersebut. 

Kekuatan Sultan Muhammad Al-Fatih terletak pada ketinggian pribadinya. Sejak kecil, dia dididik secara intensif oleh para ulama terbaik di zamannya. Di zaman ayahnya, yaitu Sultan Murad II, Syeikh Muhammad bin Isma'il Al-Kurani telah menjadi murabbi Al-Fatih. Sultan Murad II telah menghantar beberapa orang ulama untuk mengajar anaknya sebelum itu, tetapi tidak diterima oleh Al-Fatih. Lalu, dia menghantar Syeikh Al-Kurani dan memberikan kuasa kepadanya untuk memukul Al-Fatih jika membantah perintah gurunya. 

Saat bertemu Al-Fatih dan menjelaskan tentang hak yang diberikan oleh Sultan Murad II, Al-Fatih tertawa. Dia lalu dipukul oleh Syeikh Al-Kurani, peristiwa ini amat berkesan pada diri Al-Fatih kemudian setelah itu dia terus menghafal Al-Qur'an dalam waktu yang singkat. 
Di samping itu, Syeikh Syamsuddin merupakan juga murabbi Muhammad Al-Fatih, dia mengajar Al-Fatih ilmu-ilmu agama seperti Al-Qur'an, hadits, fiqih, bahasa (Arab, Parsi dan Turki), matematika, falak, sejarah, ilmu peperangan dan sebagainya. 

Syeikh Syamsuddin lantas meyakinkan Al-Fatih bahwa dia adalah orang yang dimaksudkan oleh Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam di dalam hadits pembukaan Kostantinopel. Ketika naik takhta, Sultan Muhammad Al-Fatih segera menemui Syeikh Syamsuddin untuk menyiapkan bala tentara untuk penaklukan Konstantinopel. 

Persiapan pun dilakukan. Sultan Muhammad Al-Fatih berhasil menghimpun sebanyak 250 ribu tentara. Para mujahid lantas diberikan latihan intensif dan selalu di ingatkan akan pesan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam terkait pentingnya Konstantinopel bagi kejayaan Islam. 

Setelah proses persiapan yang teliti, akhirnya pasukan Sultan Muhammad Al-Fatih tiba di kota Konstantinopel pada hari Kamis 26 Rabiul Awal 857 H atau 6 April 1453 M. 
Di hadapan tentaranya, Sultan Muhammad Al-Fatih lebih dahulu berkhutbah mengingatkan tentang kelebihan jihad, kepentingan memuliakan niat dan harapan kemenangan di hadapan Allah Subhana Wa Ta'ala. Dia juga membacakan ayat-ayat Al-Qur'an mengenainya serta hadis Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam tentang pembukaan kota Konstantinopel. Ini semua memberikan semangat yang tinggi pada bala tentera dan lantas mereka menyambutnya dengan zikir, pujian dan doa kepada Allah Subhana Wa Ta'ala. 

Sultan Muhammad Al-Fatih pun melancarkan serangan besar-besaran ke benteng Bizantium di sana. Takbir terus membahana di angkasa Konstantinopel seakan-akan meruntuhkan langit kota itu. Pada 27 Mei 1453, Sultan Muhammad Al-Fatih bersama tentaranya berusaha keras dan membersihkan diri di hadapan Allah Subhana Wa Ta'ala. Mereka memperbanyak shalat, doa, dan dzikir. Hingga tepat jam 1 pagi hari Selasa 20 Jumadil Awal 857 H atau bertepatan dengan tanggal 29 Mei 1453 M, serangan utama dilancarkan. 

Para mujahidin diperintahkan supaya meninggikan suara takbir kalimah tauhid sambil menyerang kota. Tentara Utsmaniyyah akhirnya berhasil menembus kota Konstantinopel melalui Pintu Edirne dan mereka mengibarkan bendera Daulah Utsmaniyyah di puncak kota, peperangan itu memakan waktu selama 54 hari. 
Kesungguhan dan semangat juang yang tinggi di kalangan tentara Al-Fatih, akhirnya berjaya mengantarkan cita-cita mereka. 

Sejak abad ke-8, sahabat Rasulullah SAW berusaha merebut benteng ini. Salah satunya Abu Ayyub Al Anshari namun gagal. Baru setelah enam abad kemudian benteng itu berhasil direbut dibawah pimpinan Muhammad Al Fatih. 
Karena jasanya inilah beliau diberi gelar Al Fatih (sang pembuka) yaitu membuka kota Byzantium yang dulunya adalah Konstantinopel. Beliau adalah seorang pemberani, ahli strategi militer, juga istiqomah. 

Keberadaan Muhammad Al-Fatih telah diprediksi oleh Rasulullah SAW dalam sabdanya : 
“Kota Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam, Pemimpin yang menaklukkannya adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan.” 
(H.R. Ahmad bin Hanbal Al-Musnad 4/335) 

Dalam hadist lain diriwayatkan : 
”Aku mendengar baginda Rasulullah SAW mengatakan seorang lelaki soleh akan dikuburkan di bawah tembok tersebut dan aku juga ingin mendengar derapan tapak kaki kuda yang membawa sebaik-baik raja yang mana dia akan memimpin sebaik-baik tentara seperti yang telah diisyaratkan oleh baginda." 
(Abu Ayyub al-Anshari) 

Apa rahasia di balik semua kesuksesan Sultan Muhammad Al-Fatih? Ternyata rahasianya beliau sangat kuat shalat malamnya yaitu tahajud, sebagaimana yang di laksanakan Rasulullah SAW menegakkan shalat tahajud sepanjang malam, setiap hari. 
Shalat tahajud merupakan kewajiban yang tak bisa Sultan Muhammad Al-Fatih tinggalkan dalam setiap perjuanganya. 

Sultan Muhammad Al-Fatih sangat tegas terhadap musuh. Namun, lembut qolbunya bagai selembar sutra dalam menghadapi rakyat yang dipimpinnya. Beliau selalu berkeliling di malam hari, memeriksa kondisi teman dan rakyatnya. Sengaja beliau berkeliling untuk memastikan agar rakyat dan kawan-kawanya menegakkan qiyamullail. 

Suatu hari timbul soal ketika pasukan islam hendak melaksanakan shalat jum’at yang pertama kali di kota Konstantinopel : 
“Siapakah yang layak menjadi imam shalat jum’at?” tak ada jawaban. Tak ada yang berani yang menawarkan diri ! lalu Sultan Muhammad Al-Fatih tegak berdiri. Beliau meminta kepada seluruh pasukannya untuk berdiri. 

Beliau bertanya : “Siapakah diantara kalian yang sejak remaja, sejak akhil baligh hingga hari ini pernah meninggalkan shalat wajib lima waktu, silakan duduk !” Subhanalloh...! Maha suci Allah ! tak seorangpun pasukan islam yang duduk, semua tegak berdiri. 
Artinya tentara islam pimpinan Sultan Muhammad Al-Fatih sejak masa remaja mereka hingga hari ini, tak seorangpun yang meninggalkan shalat fardhu. Tak sekalipun mereka melalaikan shalat fardhu. 

Lalu Muhammad Al Fatih kembali bertanya : “Siapa diantara kalian yang sejak baligh dahulu hingga hari ini pernah meninggalkan shalat sunah rawatib ? Kalau ada yang pernah meninggalkan shalat sunah sekali saja silakan duduk !”. Sebagian lainya segera duduk. 
Artinya, pasukan islam sejak remaja mereka ada yang teguh hati, tidak pernah meninggalkan shalat sunah setelah maghrib, dua raka’at sebelum shubuh dan shalat rowatib lainya. 
Namun ada juga yang pernah meninggalkanya. Betapa kualitas karakter dan keimanan mereka sebagai muslim sungguh bernilai tinggi, sungguh jujur. 

Kemudian Sultan Muhammad Al-Fatih kembali bertanya: “Siapa diantara kalian yang sejak masa akhil baligh sampai hari ini pernah meninggalkan shalat tahajud di kesunyian malam? Yang pernah meninggalkan atau kosong satu malam saja, silakan duduk !”. 
Semua dengan cepat duduk, hanya ada seorang saja yang tetap tegak berdiri yaitu Sultan Muhammad Al-Fatih. 

Sehingga Beliaulah yang pantas menjadi imam shalat jumat hari itu. Karena hanya Al Fatih seorang yang sejak remaja selalu mengisi malam sunyinya dengan bersujud kepada Allah SWT, tidak pernah kosong/absen semalampun. 

Itulah sebuah kisah sejarah yang sungguh indah dalam bingkai ketakwaan kepada Allah SWT, kisah dari seorang pribadi pengubah sejarah, bernama Muhammad Al Fatih, sehingga islam jaya dan berpendar-pendar cahayanya selama 500 tahun di bumi eropa. 

https://keluarga-madinah.blogspot.com/2011/05/sultan-muhammad-al-fatih-kisah-ahli.html

Salam untuk semua dari saya.



                                                       Berikut Sinopsis dan Film Fetih 1453  ...